Analisis Ekonomi

Bank Indonesia Pertahankan BI Rate 4,75%, Buka Peluang Penurunan Akhir Tahun

17 December 2025 3 menit 22 views
Anggit Ratna

Anggit Ratna

Author

Surabaya, 30 Oktober 2025 - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 4,75% berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 21-22 Oktober 2025. Keputusan ini diambil setelah bank sentral telah memangkas suku bunga sebanyak 6 kali dengan total penurunan 125 basis poin sejak September 2024.

Ruang untuk Penurunan Lebih Lanjut

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara daring, Rabu (22/10/2025), menyampaikan bahwa masih terbuka peluang penurunan BI Rate pada November dan Desember 2025. "Dasar pertimbangannya adalah inflasi tahun ini dan tahun depan masih rendah, terutama inflasi inti yang terkendali dalam kisaran 2,5±1%," jelas Perry.

Suku bunga Deposit Facility tetap dipertahankan di 3,75%, sementara Lending Facility di 5,50%. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Inflasi Tetap Terkendali

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi September 2025 tercatat sebesar 2,65% year-on-year (YoY), dengan rincian:

  • Inflasi inti: 2,19% YoY (tetap rendah dan stabil)
  • Administered prices: 1,1% YoY (dipengaruhi penurunan tarif angkutan dan bensin)
  • Volatile foods: 6,44% YoY (naik karena harga cabai, bawang, beras, dan ayam)

"Dengan inflasi yang terkendali, terbuka ruang penurunan suku bunga," tegas Perry. BI optimis inflasi 2025-2026 tetap terjaga dalam target 2,5±1%.

Strategi Kebijakan Moneter

Bank Indonesia menerapkan strategi kebijakan moneter yang komprehensif:

  1. Transmisi moneter: Memperkuat efektivitas penurunan suku bunga ke sektor riil
  2. Makroprudensial: Mendorong penurunan suku bunga kredit dan peningkatan likuiditas
  3. Sistem pembayaran: Perluasan akseptasi pembayaran digital untuk mendukung ekonomi
  4. Stabilitas rupiah: Menjaga nilai tukar sesuai fundamental ekonomi

Sinergi dengan Kebijakan Fiskal

Perry Warjiyo menekankan pentingnya sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal. "Koordinasi dengan Kementerian Keuangan sangat penting untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujarnya.

Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) terus bekerja sama untuk menjaga stabilitas harga, terutama untuk komoditas pangan yang bergejolak. Implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga diperkuat.

Proyeksi Ekonomi 2025-2026

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik secara bertahap:

  • Q4 2025: 5,2-5,4% (didorong momentum akhir tahun)
  • 2026: 5,3-5,5% (dengan asumsi perbaikan ekonomi global)
  • Inflasi: Tetap dalam target 2,5±1%
  • Defisit transaksi berjalan: Terjaga di bawah 3% PDB

Respons Pasar

Pasar keuangan merespons beragam terhadap keputusan ini. IHSG sempat terkoreksi 0,5% pada penutupan perdagangan Rabu (22/10), namun rupiah relatif stabil di kisaran Rp15.600 per dolar AS.

Head of Research Panin Sekuritas, Nico Laurens, menilai keputusan BI sudah sesuai ekspektasi pasar. "Dengan inflasi yang manageable dan ruang penurunan di akhir tahun, ini memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan kredit dan investasi," katanya.

Dampak terhadap Sektor Perbankan

Keputusan mempertahankan BI Rate diharapkan memberikan stabilitas bagi sektor perbankan untuk menyalurkan kredit. Data BI menunjukkan pertumbuhan kredit September 2025 mencapai 12,3% YoY, meningkat dari 11,8% pada Agustus.

Dengan prospek penurunan suku bunga di akhir tahun, diharapkan momentum pertumbuhan kredit dapat terus berlanjut untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

#BI Rate #Bank Indonesia #inflasi #kebijakan moneter #Perry Warjiyo